Permasalahan :
Sekarang ini lagi trend mengajar anak bayi membaca dengan metode kartu-kartu bergambar yang dinamai flashcard. Mohon penjelasan mengenai hal itu, apa keuntungan dan kelemahannya. Sebab saya saat ini mempunyai bayi usia 7 bulan yang belum mulai saya ajarkan membaca. Kata teman, saya terlambat mengajar bayi mengenal huruf, membaca dan berhitung. Seharusnya mulai dari usia 4 bulan. Masa sih?
Saya belum yakin dan takut akibatnya justru tidak baik bagi anak jika ia terlalu cepat dipaksa belajar membaca. Apa memang sudah waktunya, atau ada penelitian terbaru yang mendukung hal itu? Sebelumnya kan dikatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain? Di lain pihak, saya juga jadi khawatir anak saya nantinya akan tertinggal jika ia sudah sekolah. Masalahnya, beberapa teman saya yang juga mempunyai anak batita sudah mulai mengajarkan anaknya membaca dan berhitung. Alasan mereka, TK dan SD jaman sekarang sudah mengharuskan siswanya bisa membaca dan menulis sejak awal. Apa nggak kecepetan ya, bu? Apa yang sebaiknya saya lakukan? Saya tak ingin terlalu memaksa anak saya belajar, tapi juga tak ingin ia nantinya tertinggal dari teman-temannya dan tidak lulus tes masuk TK/SD.
***************
Jawaban :
Mbak Mirna, memang betul bahwa masa anak-anak adalah masa bermain, sehingga belum saatnya membebani mereka dengan aktivitas belajar yang berat dan serius. Mengacu kepada teori psikologi perkembangan dari Jean Piaget yang selama ini menjadi rujukan utama kurikulum pendidikan TK, kemampuan otak anak-anak usia 7 tahun ke bawah belum mampu menerima beban pelajaran membaca, menulis, dan berhitung yang disajikan secara formal dan terstruktur. Artinya, seorang anak balita bisa saja mulai diperkenalkan dengan angka dan huruf, asalkan diajarkan melalui permainan atau aktivitas-aktivitas yang menyenangkan sesuai dengan tingkatan usianya. Itu sebabnya, hampir semua TK sekarang sudah mulai memasukkan pengenalan huruf dan angka dalam kurikulumnya, yang dirancang dalam bentuk permainan, nyanyian, gambar-gambar menarik dan lain sebagainya. Sehingga anak berminat dan tak merasa terbebani.
Sekarang ini memang terlihat kecenderungan anak semakin dini diajar membaca, menulis, dan berhitung, karena adanya kekhawatiran orang tua bahwa anaknya akan tertinggal atau tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolahnya nanti jika tidak dipersiapkan sejak dini. Akibatnya, banyak orang tua yang ”memaksa” anaknya belajar membaca, menulis dan berhitung dan kemudian dikembangkanlah berbagai permainan, alat atau metode belajar untuk anak-anak usia dini.
Apa itu flashcard? Flashcard adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata, yang diperkenalkan oleh Glenn Doman, seorang dokter ahli bedah otak dari Philadelphia, Pennsylvania. Gambar-gambar pada flashcard dikelompok-kelompokkan antara lain: seri binatang, buah-buahan, pakaian, warna, bentuk-bentuk angka, dsb. Kartu-kartu tersebut dimainkan dengan cara diperlihatkan kepada anak dan dibacakan secara cepat, hanya dalam waktu 1 detik untuk masing-masing kartu. Tujuan dari metode itu adalah melatih kemampuan otak kanan untuk mengingat gambar dan kata-kata, sehingga perbendaharaan kata dan kemampuan membaca anak bisa dilatih dan ditingkatkan sejak usia dini.
Flashcard ini merupakan terobosan baru di bidang metode pengajaran membaca dengan mendayagunakan kemampuan otak kanan untuk mengingat. Namun, sebagaimana umumnya metode-metode baru, metode ini juga mendatangkan kritik dan tanda tanya dari masyarakat maupun profesional di bidang pendidikan dan perkembangan anak, bahkan ada yang menganggapnya mustahil. Penyebabnya, dasar dari metode flashcard adalah melatih anak menghafal asosiasi antara gambar dan kata-kata, sehingga ketika ia melihat kata-kata itu lagi di kemudian hari maka ia akan mengingat dan dapat mengucapkannya. Inilah yang disebut ”membaca”. Namun bila anak melihat kata-kata baru, ia tak dapat mengucapkannya karena belum pernah diperkenalkan sebelumnya.
Menurut saya, kartu-kartu flashcard dapat diberikan kepada anak sebagai sebuah permainan mengenal huruf dan kata-kata. Gambar-gambarnya yang menarik dengan warna-warni menyolok akan disukai bayi dan anak-anak, sehingga ibu bisa mengajak mereka bergembira, bermain dan belajar dalam cara yang sederhana. Tak perlu menargetkan hasil yang muluk-muluk atau memaksa anak untuk menghafal sekian kata dalam sehari, misalnya. Apalagi sampai membanding-bandingkan dengan bayi atau anak-anak lain seusianya yang sudah lebih maju kemampuan belajarnya. Biarkan saja anak berkembang dan belajar dalam temponya sendiri dan mengikuti kematangan fungsi-fungsi otaknya masing-masing, sebab setiap anak berbeda.
Jangan lupa mbak, bayi dan anak-anak juga bisa merasa bosan. Jadi, jangan pernah memaksa anak belajar atau bermain permainan yang itu-itu saja. Jadi, berikan permainan-permainan yang lain yang juga menjadi kegemaran anak, atau biarkan ia memilih sendiri aktivitas yang disukainya bersama ibunya. Misalnya, bayi akan senang jika ibunya membacakan buku-buku cerita lucu dengan nada suara yang menarik. Jangan lupa, tunjukkan wajah ceria dan penuh senyum. Ciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan. Dengan begitu, anak akan senang belajar. Anda bisa juga mengenalkan angka, huruf dan kata-kata kepada anak dengan cara kreatif yang Anda ciptakan sendiri, misalnya melalui poster-poster bergambar yang ditempel di dinding kamarnya. Agar anak tertarik, gambar dan kata-kata atau angka haruslah berukuran cukup besar dan dalam warna-warni yang menyolok. Sampaikan hal-hal yang ingin anda ajarkan melalui nyanyian, tebak-tebakan atau sajak sederhana. Dengan begitu, anak akan menganggapnya sebagai permainan lucu yang menyenangkan.
Demikian jawaban saya untuk mbak Mirna. Boleh saja memperkenalkan huruf, angka dan kata-kata kepada si kecil, namun yang penting lakukan dengan cara-cara yang sesuai usianya. Dan jangan lupakan bahwa di samping terampil membaca, menulis dan berhitung, si kecil perlu mengembangkan keterampilan lainnya yang tak kalah penting, seperti keterampilan motorik, kemampuan komunikasi dan sosialisasi, kemandirian, pemahaman tentang baik dan buruk, dsb.
Maya Harry, Psi
Sumber : Wanita Indonesia
Sekarang ini lagi trend mengajar anak bayi membaca dengan metode kartu-kartu bergambar yang dinamai flashcard. Mohon penjelasan mengenai hal itu, apa keuntungan dan kelemahannya. Sebab saya saat ini mempunyai bayi usia 7 bulan yang belum mulai saya ajarkan membaca. Kata teman, saya terlambat mengajar bayi mengenal huruf, membaca dan berhitung. Seharusnya mulai dari usia 4 bulan. Masa sih?
Saya belum yakin dan takut akibatnya justru tidak baik bagi anak jika ia terlalu cepat dipaksa belajar membaca. Apa memang sudah waktunya, atau ada penelitian terbaru yang mendukung hal itu? Sebelumnya kan dikatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain? Di lain pihak, saya juga jadi khawatir anak saya nantinya akan tertinggal jika ia sudah sekolah. Masalahnya, beberapa teman saya yang juga mempunyai anak batita sudah mulai mengajarkan anaknya membaca dan berhitung. Alasan mereka, TK dan SD jaman sekarang sudah mengharuskan siswanya bisa membaca dan menulis sejak awal. Apa nggak kecepetan ya, bu? Apa yang sebaiknya saya lakukan? Saya tak ingin terlalu memaksa anak saya belajar, tapi juga tak ingin ia nantinya tertinggal dari teman-temannya dan tidak lulus tes masuk TK/SD.
***************
Jawaban :
Mbak Mirna, memang betul bahwa masa anak-anak adalah masa bermain, sehingga belum saatnya membebani mereka dengan aktivitas belajar yang berat dan serius. Mengacu kepada teori psikologi perkembangan dari Jean Piaget yang selama ini menjadi rujukan utama kurikulum pendidikan TK, kemampuan otak anak-anak usia 7 tahun ke bawah belum mampu menerima beban pelajaran membaca, menulis, dan berhitung yang disajikan secara formal dan terstruktur. Artinya, seorang anak balita bisa saja mulai diperkenalkan dengan angka dan huruf, asalkan diajarkan melalui permainan atau aktivitas-aktivitas yang menyenangkan sesuai dengan tingkatan usianya. Itu sebabnya, hampir semua TK sekarang sudah mulai memasukkan pengenalan huruf dan angka dalam kurikulumnya, yang dirancang dalam bentuk permainan, nyanyian, gambar-gambar menarik dan lain sebagainya. Sehingga anak berminat dan tak merasa terbebani.
Sekarang ini memang terlihat kecenderungan anak semakin dini diajar membaca, menulis, dan berhitung, karena adanya kekhawatiran orang tua bahwa anaknya akan tertinggal atau tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolahnya nanti jika tidak dipersiapkan sejak dini. Akibatnya, banyak orang tua yang ”memaksa” anaknya belajar membaca, menulis dan berhitung dan kemudian dikembangkanlah berbagai permainan, alat atau metode belajar untuk anak-anak usia dini.
Apa itu flashcard? Flashcard adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata, yang diperkenalkan oleh Glenn Doman, seorang dokter ahli bedah otak dari Philadelphia, Pennsylvania. Gambar-gambar pada flashcard dikelompok-kelompokkan antara lain: seri binatang, buah-buahan, pakaian, warna, bentuk-bentuk angka, dsb. Kartu-kartu tersebut dimainkan dengan cara diperlihatkan kepada anak dan dibacakan secara cepat, hanya dalam waktu 1 detik untuk masing-masing kartu. Tujuan dari metode itu adalah melatih kemampuan otak kanan untuk mengingat gambar dan kata-kata, sehingga perbendaharaan kata dan kemampuan membaca anak bisa dilatih dan ditingkatkan sejak usia dini.
Flashcard ini merupakan terobosan baru di bidang metode pengajaran membaca dengan mendayagunakan kemampuan otak kanan untuk mengingat. Namun, sebagaimana umumnya metode-metode baru, metode ini juga mendatangkan kritik dan tanda tanya dari masyarakat maupun profesional di bidang pendidikan dan perkembangan anak, bahkan ada yang menganggapnya mustahil. Penyebabnya, dasar dari metode flashcard adalah melatih anak menghafal asosiasi antara gambar dan kata-kata, sehingga ketika ia melihat kata-kata itu lagi di kemudian hari maka ia akan mengingat dan dapat mengucapkannya. Inilah yang disebut ”membaca”. Namun bila anak melihat kata-kata baru, ia tak dapat mengucapkannya karena belum pernah diperkenalkan sebelumnya.
Menurut saya, kartu-kartu flashcard dapat diberikan kepada anak sebagai sebuah permainan mengenal huruf dan kata-kata. Gambar-gambarnya yang menarik dengan warna-warni menyolok akan disukai bayi dan anak-anak, sehingga ibu bisa mengajak mereka bergembira, bermain dan belajar dalam cara yang sederhana. Tak perlu menargetkan hasil yang muluk-muluk atau memaksa anak untuk menghafal sekian kata dalam sehari, misalnya. Apalagi sampai membanding-bandingkan dengan bayi atau anak-anak lain seusianya yang sudah lebih maju kemampuan belajarnya. Biarkan saja anak berkembang dan belajar dalam temponya sendiri dan mengikuti kematangan fungsi-fungsi otaknya masing-masing, sebab setiap anak berbeda.
Jangan lupa mbak, bayi dan anak-anak juga bisa merasa bosan. Jadi, jangan pernah memaksa anak belajar atau bermain permainan yang itu-itu saja. Jadi, berikan permainan-permainan yang lain yang juga menjadi kegemaran anak, atau biarkan ia memilih sendiri aktivitas yang disukainya bersama ibunya. Misalnya, bayi akan senang jika ibunya membacakan buku-buku cerita lucu dengan nada suara yang menarik. Jangan lupa, tunjukkan wajah ceria dan penuh senyum. Ciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan. Dengan begitu, anak akan senang belajar. Anda bisa juga mengenalkan angka, huruf dan kata-kata kepada anak dengan cara kreatif yang Anda ciptakan sendiri, misalnya melalui poster-poster bergambar yang ditempel di dinding kamarnya. Agar anak tertarik, gambar dan kata-kata atau angka haruslah berukuran cukup besar dan dalam warna-warni yang menyolok. Sampaikan hal-hal yang ingin anda ajarkan melalui nyanyian, tebak-tebakan atau sajak sederhana. Dengan begitu, anak akan menganggapnya sebagai permainan lucu yang menyenangkan.
Demikian jawaban saya untuk mbak Mirna. Boleh saja memperkenalkan huruf, angka dan kata-kata kepada si kecil, namun yang penting lakukan dengan cara-cara yang sesuai usianya. Dan jangan lupakan bahwa di samping terampil membaca, menulis dan berhitung, si kecil perlu mengembangkan keterampilan lainnya yang tak kalah penting, seperti keterampilan motorik, kemampuan komunikasi dan sosialisasi, kemandirian, pemahaman tentang baik dan buruk, dsb.
Maya Harry, Psi
Sumber : Wanita Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar