Permasalahan :
Saya seorang Ibu dari anak balita laki-laki usia 2 tahun. Namanya baru punya anak satu, rasanya ingin selalu memberikan perhatian dan kasih sayang yang berlimpah dan menuruti segala keinginannya. Suami pun demikian. Sayangnya luar biasa kepada anak, yang diwujudkan dengan cara membelikan berbagai kebutuhannya sampai berlebih-lebihan. Mainan yang belum waktunya (untuk umur yang lebih besar) sudah ia belikan kalau kebetulan mampir ke mal toko mainan dan melihat yang bagus. Makanan selalu kami pilihkan yang terbaik, dan kalau saya senang sekali beli baju untuknya, sampai ada yang belum sempat dipakai tahu-tahu sudah tidak muat karena pertumbuhan badannya cepat sekali.
Saya berdebat dengan suami tentang kapan waktunya mulai mengajarkan disiplin yang benar kepada anak kami tersebut, karena selama ini kami cenderung menuruti saja segala keinginannya, agar dia selalu gembira dan bahagia. Namun banyak teman-teman dan kerabat yang mengingatkan agar kami mulai mengajarkan disiplin agar ia tidak menjadi anak nakal nantinya. Semula, kami berprinsip, biarlah ia menikmati masa kecilnya dengan bebas, baru kemudian akan kami ajarkan aturan-aturan. Yang menjadi pertanyaan, kapan sebaiknya anak mulai diajarkan aturan? Saya takut terlambat. Maaf kalau pertanyaan saya terlalu sepele, tapi sebetulnya bagaimana yang benar atau mana yang lebih penting untuk anak seusianya? Kasih sayang atau disiplin? Dan bagaimana caranya yang tepat?
Terima kasih atas jawaban Ibu Maya.
***************
Jawaban :
Bu Ratna, terima kasih atas suratnya. Saya tidak menganggap pertanyaan Ibu sepele lho. Memang kelihatannya mudah memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak, bahkan sepertinya itu otomatis saja. Orang tua mana sih yang tak sayang kepada anaknya? Namun, berhubung bentuk perhatian dan kasih sayang itu bermacam-macam, orang tua tetap perlu cermat dalam menyusun konsep perhatian dan kasih sayang yang tepat agar tak melakukan kesalahan yang justru bisa berakibat negatif atau merugikan bagi perkembangan anak.
Intinya, kasih sayang dan disiplin itu sama pentingnya dan sama-sama dibutuhkan oleh anak. Kasih sayang saja tanpa adanya batasan dan aturan di rumah sama buruknya dengan disiplin kaku yang kering kasih sayang. Yang terbaik adalah menyeimbangkan antara limpahan kasih sayang dengan penerapan disiplin sejak dini, yang disesuaikan dengan usia dan taraf perkembangan anak. Nah, yang bagaimanakah itu?
Anak akan berkembang secara positif jika terpenuhi kebutuhannya akan perhatian dan kasih sayang. Antara lain, ia akan merasa aman karena yakin orang tuanya selalu hadir di saat ia membutuhkan perhatian. Ia akan merasa kehadirannya diterima dan diharapkan oleh orang tuanya, sehingga tidak mudah cemas karena yakin apa pun yang terjadi ia pasti mendapat dukungan. Selanjutnya, ia akan tumbuh lebih mandiri, percaya diri dan mengembangkan konsep diri yang positif, sehingga tidak akan mencari-cari perhatian dengan cara yang salah (mis: sengaja berperilaku nakal agar diperhatikan oleh orang tuanya). Namun, anak laki-laki dan perempuan membutuhkan bentuk perhatian yang berbeda. Anak perempuan lebih peka terhadap ekspresi kasih sayang dan perhatian yang berbentuk kontak fisik (physical affection) seperti ciuman, dekapan, elusan di kepala, belaian di pipi dsb. Sedangkan bagi putra Ibu yang aktif, ia akan merasa disayang dan diperhatikan jika orang tuanya menemani dalam bermain, mengeksplorasi lingkungan, tidak terlalu membatasi dan melarang ini-itu. Yang jelas, anak laki-laki maupun anak perempuan akan merasa bahagia jika mendapat pujian atau mendengar kata-kata sayang dari orang tuanya. Meski demikian, pemberian perhatian dan kasih sayang harus diimbangi dengan batasan dan pengenalan tentang disiplin sejak dini, serta disesuaikan dengan usia dan taraf perkembangan anak.
Berikut ini adalah saran-saran dalam membesarkan balita Anda yang aktif, dengan kasih sayang yang disertai ajaran-ajaran tentang disiplin:
1. Di usia ini, ia sedang sangat penuh semangat bereksplorasi. Rasa ingin tahunya sangat besar, sehingga ia ingin melakukan banyak hal dan mencoba berbagai hal baru dengan memegang, menarik, mengambil, menjatuhkan, mengutak-atik ini-itu, dsb. Nah, biarkan ia bebas bereksplorasi dan mengenal realitas kehidupan, misalnya: jika terjatuh, rasanya sakit oleh karena itu harus berhati-hati. Meski tidak selalu harus dipegangi atau dibantu jika ia jatuh, anak harus tetap di bawah penjagaan orang tua/pengasuh agar ia terhindar dari bahaya yang lebih besar.
2. Melatih kedisiplinan dan memperkenalkan anak pada aturan sebaiknya dilakukan sejak dini, bahkan bisa dimulai sejak baru lahir. Secara konsisten, tunjukkan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, mana yang baik dan mana yang buruk, disertai penjelasan yang tepat dan disampaikan dalam bahasa yang dimengerti oleh anak-anak. Beri batas-batas yang jelas, misalnya tidak boleh memegang stop kontak yang ada di dinding, tidak boleh bermain di dapur, tidak boleh mencoret-coret dinding dan kalau menggambar harus di kertas yang disediakan, harus cuci tangan sebelum dan sesudah makan, dsb.
3.Untuk membentuk pola kebiasaan hidup teratur, jadwalkan kegiatan anak sehari-hari sehingga ia tahu kapan waktunya makan, mandi, bermain dan tidur. Latihan kemandirian dan disiplin bisa dimulai dengan mengajarkannya makan sendiri, mandi sendiri, memilih baju yang ingin dikenakan, membereskan mainan-mainannya, menggosok gigi sebelum tidur atau melipat selimutnya ketika bangun tidur.
4. Sesekali, orang tua perlu bersikap tegas dan bila perlu memberikan hukuman jika anak melakukan kesalahan atau kesengajaan. Pemberian hukuman harus disesuaikan dengan tingkat pemahaman anak dan harus disertai penjelasan mengapa ia dihukum, perilaku apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya. Yang pasti dan tak boleh ditawar-tawar: hindari pemberian hukuman fisik (mencubit, menjewer, memukul, menampar, dsb.). Di samping itu, jangan lupa juga untuk memberikan perhatian dan penghargaan terhadap perilaku-perilaku yang positif.
5. Hindari perlakuan yang berlebihan terhadap anak, termasuk juga kebiasaan membelikan baju dan mainan atau memberikan makanan yang berlebihan dari yang ia butuhkan secara wajar. Jangan terjebak pada sikap mengkompesasikan rasa bersalah karena sibuk bekerja dengan memberi perhatian yang berlebihan pada anak, karena tidak akan berdampak positif, bahkan bisa mengajarkan anak nilai yang salah yaitu pemborosan, tidak menghargai uang dan sulitnya mencari uang, serta bisa menumbuhkan sikap manja.
Demikian bu Ratna, intinya hindari pengajaran disiplin yang terlalu keras, kaku dan otoriter karena hanya akan menjadikan anak berkembang menjadi seorang penakut, ragu-ragu, tidak spontan, tidak ramah dan tidak berani berinisiatif, namun juga jangan terlalu longgar dan selalu memperbolehkan semuanya (permisif) karena akan menjadikan anak manja dan seenaknya. Istilah yang umum dipakai adalah pola asuh autoritatif, yaitu pemberian perhatian dan kasih sayang yang diimbangi dengan ketegasan, aturan dan pengajaran disiplin yang sesuai dengan usia dan taraf perkembangan anak.
Maya Harry, Psi
Sumber : Wanita Indonesia
Saya seorang Ibu dari anak balita laki-laki usia 2 tahun. Namanya baru punya anak satu, rasanya ingin selalu memberikan perhatian dan kasih sayang yang berlimpah dan menuruti segala keinginannya. Suami pun demikian. Sayangnya luar biasa kepada anak, yang diwujudkan dengan cara membelikan berbagai kebutuhannya sampai berlebih-lebihan. Mainan yang belum waktunya (untuk umur yang lebih besar) sudah ia belikan kalau kebetulan mampir ke mal toko mainan dan melihat yang bagus. Makanan selalu kami pilihkan yang terbaik, dan kalau saya senang sekali beli baju untuknya, sampai ada yang belum sempat dipakai tahu-tahu sudah tidak muat karena pertumbuhan badannya cepat sekali.
Saya berdebat dengan suami tentang kapan waktunya mulai mengajarkan disiplin yang benar kepada anak kami tersebut, karena selama ini kami cenderung menuruti saja segala keinginannya, agar dia selalu gembira dan bahagia. Namun banyak teman-teman dan kerabat yang mengingatkan agar kami mulai mengajarkan disiplin agar ia tidak menjadi anak nakal nantinya. Semula, kami berprinsip, biarlah ia menikmati masa kecilnya dengan bebas, baru kemudian akan kami ajarkan aturan-aturan. Yang menjadi pertanyaan, kapan sebaiknya anak mulai diajarkan aturan? Saya takut terlambat. Maaf kalau pertanyaan saya terlalu sepele, tapi sebetulnya bagaimana yang benar atau mana yang lebih penting untuk anak seusianya? Kasih sayang atau disiplin? Dan bagaimana caranya yang tepat?
Terima kasih atas jawaban Ibu Maya.
***************
Jawaban :
Bu Ratna, terima kasih atas suratnya. Saya tidak menganggap pertanyaan Ibu sepele lho. Memang kelihatannya mudah memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak, bahkan sepertinya itu otomatis saja. Orang tua mana sih yang tak sayang kepada anaknya? Namun, berhubung bentuk perhatian dan kasih sayang itu bermacam-macam, orang tua tetap perlu cermat dalam menyusun konsep perhatian dan kasih sayang yang tepat agar tak melakukan kesalahan yang justru bisa berakibat negatif atau merugikan bagi perkembangan anak.
Intinya, kasih sayang dan disiplin itu sama pentingnya dan sama-sama dibutuhkan oleh anak. Kasih sayang saja tanpa adanya batasan dan aturan di rumah sama buruknya dengan disiplin kaku yang kering kasih sayang. Yang terbaik adalah menyeimbangkan antara limpahan kasih sayang dengan penerapan disiplin sejak dini, yang disesuaikan dengan usia dan taraf perkembangan anak. Nah, yang bagaimanakah itu?
Anak akan berkembang secara positif jika terpenuhi kebutuhannya akan perhatian dan kasih sayang. Antara lain, ia akan merasa aman karena yakin orang tuanya selalu hadir di saat ia membutuhkan perhatian. Ia akan merasa kehadirannya diterima dan diharapkan oleh orang tuanya, sehingga tidak mudah cemas karena yakin apa pun yang terjadi ia pasti mendapat dukungan. Selanjutnya, ia akan tumbuh lebih mandiri, percaya diri dan mengembangkan konsep diri yang positif, sehingga tidak akan mencari-cari perhatian dengan cara yang salah (mis: sengaja berperilaku nakal agar diperhatikan oleh orang tuanya). Namun, anak laki-laki dan perempuan membutuhkan bentuk perhatian yang berbeda. Anak perempuan lebih peka terhadap ekspresi kasih sayang dan perhatian yang berbentuk kontak fisik (physical affection) seperti ciuman, dekapan, elusan di kepala, belaian di pipi dsb. Sedangkan bagi putra Ibu yang aktif, ia akan merasa disayang dan diperhatikan jika orang tuanya menemani dalam bermain, mengeksplorasi lingkungan, tidak terlalu membatasi dan melarang ini-itu. Yang jelas, anak laki-laki maupun anak perempuan akan merasa bahagia jika mendapat pujian atau mendengar kata-kata sayang dari orang tuanya. Meski demikian, pemberian perhatian dan kasih sayang harus diimbangi dengan batasan dan pengenalan tentang disiplin sejak dini, serta disesuaikan dengan usia dan taraf perkembangan anak.
Berikut ini adalah saran-saran dalam membesarkan balita Anda yang aktif, dengan kasih sayang yang disertai ajaran-ajaran tentang disiplin:
1. Di usia ini, ia sedang sangat penuh semangat bereksplorasi. Rasa ingin tahunya sangat besar, sehingga ia ingin melakukan banyak hal dan mencoba berbagai hal baru dengan memegang, menarik, mengambil, menjatuhkan, mengutak-atik ini-itu, dsb. Nah, biarkan ia bebas bereksplorasi dan mengenal realitas kehidupan, misalnya: jika terjatuh, rasanya sakit oleh karena itu harus berhati-hati. Meski tidak selalu harus dipegangi atau dibantu jika ia jatuh, anak harus tetap di bawah penjagaan orang tua/pengasuh agar ia terhindar dari bahaya yang lebih besar.
2. Melatih kedisiplinan dan memperkenalkan anak pada aturan sebaiknya dilakukan sejak dini, bahkan bisa dimulai sejak baru lahir. Secara konsisten, tunjukkan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, mana yang baik dan mana yang buruk, disertai penjelasan yang tepat dan disampaikan dalam bahasa yang dimengerti oleh anak-anak. Beri batas-batas yang jelas, misalnya tidak boleh memegang stop kontak yang ada di dinding, tidak boleh bermain di dapur, tidak boleh mencoret-coret dinding dan kalau menggambar harus di kertas yang disediakan, harus cuci tangan sebelum dan sesudah makan, dsb.
3.Untuk membentuk pola kebiasaan hidup teratur, jadwalkan kegiatan anak sehari-hari sehingga ia tahu kapan waktunya makan, mandi, bermain dan tidur. Latihan kemandirian dan disiplin bisa dimulai dengan mengajarkannya makan sendiri, mandi sendiri, memilih baju yang ingin dikenakan, membereskan mainan-mainannya, menggosok gigi sebelum tidur atau melipat selimutnya ketika bangun tidur.
4. Sesekali, orang tua perlu bersikap tegas dan bila perlu memberikan hukuman jika anak melakukan kesalahan atau kesengajaan. Pemberian hukuman harus disesuaikan dengan tingkat pemahaman anak dan harus disertai penjelasan mengapa ia dihukum, perilaku apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya. Yang pasti dan tak boleh ditawar-tawar: hindari pemberian hukuman fisik (mencubit, menjewer, memukul, menampar, dsb.). Di samping itu, jangan lupa juga untuk memberikan perhatian dan penghargaan terhadap perilaku-perilaku yang positif.
5. Hindari perlakuan yang berlebihan terhadap anak, termasuk juga kebiasaan membelikan baju dan mainan atau memberikan makanan yang berlebihan dari yang ia butuhkan secara wajar. Jangan terjebak pada sikap mengkompesasikan rasa bersalah karena sibuk bekerja dengan memberi perhatian yang berlebihan pada anak, karena tidak akan berdampak positif, bahkan bisa mengajarkan anak nilai yang salah yaitu pemborosan, tidak menghargai uang dan sulitnya mencari uang, serta bisa menumbuhkan sikap manja.
Demikian bu Ratna, intinya hindari pengajaran disiplin yang terlalu keras, kaku dan otoriter karena hanya akan menjadikan anak berkembang menjadi seorang penakut, ragu-ragu, tidak spontan, tidak ramah dan tidak berani berinisiatif, namun juga jangan terlalu longgar dan selalu memperbolehkan semuanya (permisif) karena akan menjadikan anak manja dan seenaknya. Istilah yang umum dipakai adalah pola asuh autoritatif, yaitu pemberian perhatian dan kasih sayang yang diimbangi dengan ketegasan, aturan dan pengajaran disiplin yang sesuai dengan usia dan taraf perkembangan anak.
Maya Harry, Psi
Sumber : Wanita Indonesia
terima kasih ..tulisannya benar-benar sangat membantu saya
BalasHapus