Permasalahan :
"Ibu Leila yang baik, membaca Rubrik Konsultasi tanggal 10 April lalu berjudul "Suami Suka Melecehkan Saya," saya bagai melihat potret diri saya. Suami saya punya gaya seperti itu, suka melecehkan, bahkan lebih hebring lagi, sebab satu paket keluarganya ”hobi” melecehkan, pihak menantu, besan, pihak ”luar” seperti saya. Dari kelas ringan (sayur kurang garam) sampai kelas berat (orangtua begini begitu, mengusir dan mengancam akan menceraikan). Suami juga suka sekali merendahkan saya di depan teman-temannya, saudara dia, dan saudara saya.
Kami baru tiga tahun menikah. Yang paling menyedihkan sebab suami seakan membuat stempel bahwa saya tidak dapat membahagiakan dia sebab penghasilan saya belum banyak dan tidak bisa menyetir. Dia pasti tidak mau melakukan yang Ibu sarankan untuk melihat berbagai kebaikan pasangan sebab dia selalu melihat gelas setengah kosong, tidak sebaliknya.
Makian seperti goblok, tolol, tidak terdidik, tidak tahu aturan, sudah menjadi menu sehari-hari, yang suka atau tidak suka harus saya telan. Padahal saya tahu saya tidak tolol dan dungu sebab saya lulus dari perguruan tinggi yang baik dengan predikat cum laude dan mempunyai karier bagus di negeri sendiri. Juga orangtua saya terdidik, ayah doktor dan ibu saya insinyur teknik. Mereka mempunyai kedudukan bagus di Indonesia.
Di Indonesia saya mempunyai dua sopir dan 4 pembantu. Namun, semua itu saya tinggalkan sebab menikah dengan suami saya yang sudah hampir dua puluh tahun tinggal di sini dengan keluarganya. Baru sekitar tujuh bulan di sini saya mendapat pekerjaan, tidak banyak gajinya sebab pekerjaan ini bergerak di bidang sosial.
Atasan saya percaya pada kemampuan saya dan dia selalu bilang bahwa saya smart, clever, dan hard worker. Bahkan, kemudian saya dipromosikan bekerja di beberapa negara bagian lain dengan gaji lebih bagus, tetapi suami tidak setuju.
Orangtua saya mendidik kami tidak boleh menghina orang lain, harus menghargai pembantu. Tidak pernah menyebut orang dengan anjing dan babi. Preman jalanan saja tidak disebut begitu, tetapi itu diucapkan buat istri di sini.
Saya akui banyak kesalahan kami berdua, yang sudah saya usahakan untuk meng-improve. Tetapi, sukar sekali sebab ada rasa marah, kekecewaan, dan saya tidak mau diinjak-injak terus.
Mungkin kesalahan saya yang terbesar adalah dulu pacarannya jarak jauh. Saya tidak mengenal dia dari dekat. Kebaikan suami adalah dia pada dasarnya sangat penolong, apalagi buat orang lain. Tolong saya Bu Leila, apa yang dapat saya dan suami lakukan untuk menyelamatkan perkawinan ini?"
***************
Jawaban:
Lima tahun permulaan perkawinan adalah masa paling sukar sebab harus menyesuaikan diri hidup serumah dengan pasangan. Pada Anda terasa berlipat ganda beratnya sebab Anda belum mengenal dia secara riil, ditambah penyesuaian hidup di negara asing. Plus sikap suami dan kerabatnya yang hobi melecehkan pada saat Anda paling membutuhkan dukungan.
Namun, jangan putus asa Y, saya percaya Anda cerdas dan kuat. Cobalah kita lihat soal ini dengan lapang dada.
1. Anda lulus dengan cum laude di perguruan tinggi dalam bidang Anda, namun soal dapur, nyopir, dan kebiasaan hidup di negara asing, pengetahuan Anda masih beloon tulen. Seorang profesor lokal pun belum tentu tahu bagaimana caranya membuat scramble egg yang bisa dilakukan anak bule 10-an tahun.
Siaplah belajar dari mereka yang sudah mahir dalam soal dapur, belanja murah, nyopir tanpa terkena denda. Belajarlah dengan kerendahan hati dan kesungguhan. Jangan sakit hati bila ditegur, ikut saja tertawa bila mereka menertawai ketololan diri kita.
2. Ajaklah suami bekerja sama dalam usaha Anda meng-up grade diri. Tak usah marah kalau ditegur. Saya lihat seorang dokter spesialis yang terkenal di Indonesia berulang kali gagal mendapat SIM di Cambridge sebab tidak ada sogokan juga karena di sana setir kanan. Beruntung Anda mempunyai suami penolong.
Mintalah bantuannya mendukung usaha Anda mempelajari banyak hal baru. Ahli perkawinan bilang, kita perlu mengungkapkan keinginan kita dan mengingatkan jika ada yang tidak beres. Namun, lakukanlah dengan bijak dan baik yang tidak membuat orang jengkel.
3. Tentu sukar mengubah kebiasaan mereka dalam melecehkan orang, tetapi Anda tidak usah ikut begitu. Biasakanlah dengan komentar tentang ”setengah gelas penuh”, melihat yang baik-baik dari berbagai keadaan dan orang. Ini bagus buat kesehatan mental Anda sendiri dan juga mereka.
4. Latihan yang cocok buat kalian adalah saling mengenal lebih dalam dulu. Mengenal masa lalu masing-masing, sekarang, dan hari depan. Lika-liku ketakutan, kesenangan, dan impiannya. Misalnya dengan saling bertanya dan menjawab pertanyaan: siapa sahabat dekatnya ketika di SD? Pengalaman apa yang paling ditakuti ketika kecil? Apa yang paling menyenangkan dulu? Apa saja kegiatannya sehari-hari dan siapa teman-teman dekatnya di tempat kerja? Musik dan film apa yang paling disukai dan yang tidak? Impian dan cita-cita apa yang ingin dicapainya?
Tunjukkanlah kemesraan dan kehangatan dalam sikap bersama pasangan. Bila rajin begitu lama kelamaan dia akan terpengaruh juga, menjadi lebih lunak hatinya, dan perkawinan kalian akan lebih mesra.
Leila Ch Budiman
Sumber : Kompas Cybers Media
"Ibu Leila yang baik, membaca Rubrik Konsultasi tanggal 10 April lalu berjudul "Suami Suka Melecehkan Saya," saya bagai melihat potret diri saya. Suami saya punya gaya seperti itu, suka melecehkan, bahkan lebih hebring lagi, sebab satu paket keluarganya ”hobi” melecehkan, pihak menantu, besan, pihak ”luar” seperti saya. Dari kelas ringan (sayur kurang garam) sampai kelas berat (orangtua begini begitu, mengusir dan mengancam akan menceraikan). Suami juga suka sekali merendahkan saya di depan teman-temannya, saudara dia, dan saudara saya.
Kami baru tiga tahun menikah. Yang paling menyedihkan sebab suami seakan membuat stempel bahwa saya tidak dapat membahagiakan dia sebab penghasilan saya belum banyak dan tidak bisa menyetir. Dia pasti tidak mau melakukan yang Ibu sarankan untuk melihat berbagai kebaikan pasangan sebab dia selalu melihat gelas setengah kosong, tidak sebaliknya.
Makian seperti goblok, tolol, tidak terdidik, tidak tahu aturan, sudah menjadi menu sehari-hari, yang suka atau tidak suka harus saya telan. Padahal saya tahu saya tidak tolol dan dungu sebab saya lulus dari perguruan tinggi yang baik dengan predikat cum laude dan mempunyai karier bagus di negeri sendiri. Juga orangtua saya terdidik, ayah doktor dan ibu saya insinyur teknik. Mereka mempunyai kedudukan bagus di Indonesia.
Di Indonesia saya mempunyai dua sopir dan 4 pembantu. Namun, semua itu saya tinggalkan sebab menikah dengan suami saya yang sudah hampir dua puluh tahun tinggal di sini dengan keluarganya. Baru sekitar tujuh bulan di sini saya mendapat pekerjaan, tidak banyak gajinya sebab pekerjaan ini bergerak di bidang sosial.
Atasan saya percaya pada kemampuan saya dan dia selalu bilang bahwa saya smart, clever, dan hard worker. Bahkan, kemudian saya dipromosikan bekerja di beberapa negara bagian lain dengan gaji lebih bagus, tetapi suami tidak setuju.
Orangtua saya mendidik kami tidak boleh menghina orang lain, harus menghargai pembantu. Tidak pernah menyebut orang dengan anjing dan babi. Preman jalanan saja tidak disebut begitu, tetapi itu diucapkan buat istri di sini.
Saya akui banyak kesalahan kami berdua, yang sudah saya usahakan untuk meng-improve. Tetapi, sukar sekali sebab ada rasa marah, kekecewaan, dan saya tidak mau diinjak-injak terus.
Mungkin kesalahan saya yang terbesar adalah dulu pacarannya jarak jauh. Saya tidak mengenal dia dari dekat. Kebaikan suami adalah dia pada dasarnya sangat penolong, apalagi buat orang lain. Tolong saya Bu Leila, apa yang dapat saya dan suami lakukan untuk menyelamatkan perkawinan ini?"
***************
Jawaban:
Lima tahun permulaan perkawinan adalah masa paling sukar sebab harus menyesuaikan diri hidup serumah dengan pasangan. Pada Anda terasa berlipat ganda beratnya sebab Anda belum mengenal dia secara riil, ditambah penyesuaian hidup di negara asing. Plus sikap suami dan kerabatnya yang hobi melecehkan pada saat Anda paling membutuhkan dukungan.
Namun, jangan putus asa Y, saya percaya Anda cerdas dan kuat. Cobalah kita lihat soal ini dengan lapang dada.
1. Anda lulus dengan cum laude di perguruan tinggi dalam bidang Anda, namun soal dapur, nyopir, dan kebiasaan hidup di negara asing, pengetahuan Anda masih beloon tulen. Seorang profesor lokal pun belum tentu tahu bagaimana caranya membuat scramble egg yang bisa dilakukan anak bule 10-an tahun.
Siaplah belajar dari mereka yang sudah mahir dalam soal dapur, belanja murah, nyopir tanpa terkena denda. Belajarlah dengan kerendahan hati dan kesungguhan. Jangan sakit hati bila ditegur, ikut saja tertawa bila mereka menertawai ketololan diri kita.
2. Ajaklah suami bekerja sama dalam usaha Anda meng-up grade diri. Tak usah marah kalau ditegur. Saya lihat seorang dokter spesialis yang terkenal di Indonesia berulang kali gagal mendapat SIM di Cambridge sebab tidak ada sogokan juga karena di sana setir kanan. Beruntung Anda mempunyai suami penolong.
Mintalah bantuannya mendukung usaha Anda mempelajari banyak hal baru. Ahli perkawinan bilang, kita perlu mengungkapkan keinginan kita dan mengingatkan jika ada yang tidak beres. Namun, lakukanlah dengan bijak dan baik yang tidak membuat orang jengkel.
3. Tentu sukar mengubah kebiasaan mereka dalam melecehkan orang, tetapi Anda tidak usah ikut begitu. Biasakanlah dengan komentar tentang ”setengah gelas penuh”, melihat yang baik-baik dari berbagai keadaan dan orang. Ini bagus buat kesehatan mental Anda sendiri dan juga mereka.
4. Latihan yang cocok buat kalian adalah saling mengenal lebih dalam dulu. Mengenal masa lalu masing-masing, sekarang, dan hari depan. Lika-liku ketakutan, kesenangan, dan impiannya. Misalnya dengan saling bertanya dan menjawab pertanyaan: siapa sahabat dekatnya ketika di SD? Pengalaman apa yang paling ditakuti ketika kecil? Apa yang paling menyenangkan dulu? Apa saja kegiatannya sehari-hari dan siapa teman-teman dekatnya di tempat kerja? Musik dan film apa yang paling disukai dan yang tidak? Impian dan cita-cita apa yang ingin dicapainya?
Tunjukkanlah kemesraan dan kehangatan dalam sikap bersama pasangan. Bila rajin begitu lama kelamaan dia akan terpengaruh juga, menjadi lebih lunak hatinya, dan perkawinan kalian akan lebih mesra.
Leila Ch Budiman
Sumber : Kompas Cybers Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar