Permasalahan :
Aa Gym, singkat saja pertanyaan saya, bagaimana menjadi orangtua yang disayangi dan diidolakan anak? Saya miris melihat keadaan sekarang, di mana sebagian besar anak lebih mengidolakan orang lain daripada mengidolakan orangtuanya. Alhamdulillah, anak saya masih kecil. Saya tidak mau menjadi “pelengkap” saja bagi mereka. Ditunggu jawabannya Aa, terima kasih banyak.
***************
Jawaban:
Saudaraku, mencintai anak tidak cukup sekadar memenuhi kebutuhan fisiknya saja. Ada yang harus mati-matian dilakukan orangtua, yaitu menjadi teladan terbaik bagi anak-anaknya. Sehingga mereka mengetahui figur mulia dari apa yang dilihat dan dirasakan di rumahnya. Jika ingin memiliki anak yang lembut, maka orangtua yang harus lebih lembut. Kalau ingin anak soparn, maka orangtua yang harus duluan sopan. Kalau ingin anak saleh, maka orangtua harus paling duluan saleh. Inilah yang terpenting bagi orangtua, berlomba-lomba menjadi teladan di rumahnya.
Sayangnya, menjadi teladan itu sangat salit, kecuali bagi mereka yang memiliki ilmunya. Penyebab utama sulitnya orangtua menjadi idola bagi anak-anak mereka, adalah tidak sebandingnya kecepatan tumbuh kembang anak dengan kecepatan ilmu yang mereka miliki. Sungguh tidak gampang menjadi orangtua andai tidak memiliki ilmu mengurus dan membesarkan anak. Karena itu, rahasia untuk menjadi orangtua yang diidolakan adalah kegigihan mencari ilmu. Bertambah umur anak, bertambah pula masalah dan cara mendekatinya. Kita tidak bisa menjadi orangtua teladan, jika kita tidak rajin menuntut ilmu. Ilmu apa? Ilmu untuk memperbaiki diri sendiri, sebelum mendidik anak menjadi lebih baik.
Saran Aa, miliki waktu khusus untuk mencari ilmu, misal untuk membaca buku, ikut seminar, kursus, dsb. Serta berusahalah untuk mengamalkannya. Sungguh, teramat sulit menjadikan anak-anak kita baik, jika kitanya belum baik.
(KH Abdullah Gymnastiar)
Sumber : Republika Online
Aa Gym, singkat saja pertanyaan saya, bagaimana menjadi orangtua yang disayangi dan diidolakan anak? Saya miris melihat keadaan sekarang, di mana sebagian besar anak lebih mengidolakan orang lain daripada mengidolakan orangtuanya. Alhamdulillah, anak saya masih kecil. Saya tidak mau menjadi “pelengkap” saja bagi mereka. Ditunggu jawabannya Aa, terima kasih banyak.
***************
Jawaban:
Saudaraku, mencintai anak tidak cukup sekadar memenuhi kebutuhan fisiknya saja. Ada yang harus mati-matian dilakukan orangtua, yaitu menjadi teladan terbaik bagi anak-anaknya. Sehingga mereka mengetahui figur mulia dari apa yang dilihat dan dirasakan di rumahnya. Jika ingin memiliki anak yang lembut, maka orangtua yang harus lebih lembut. Kalau ingin anak soparn, maka orangtua yang harus duluan sopan. Kalau ingin anak saleh, maka orangtua harus paling duluan saleh. Inilah yang terpenting bagi orangtua, berlomba-lomba menjadi teladan di rumahnya.
Sayangnya, menjadi teladan itu sangat salit, kecuali bagi mereka yang memiliki ilmunya. Penyebab utama sulitnya orangtua menjadi idola bagi anak-anak mereka, adalah tidak sebandingnya kecepatan tumbuh kembang anak dengan kecepatan ilmu yang mereka miliki. Sungguh tidak gampang menjadi orangtua andai tidak memiliki ilmu mengurus dan membesarkan anak. Karena itu, rahasia untuk menjadi orangtua yang diidolakan adalah kegigihan mencari ilmu. Bertambah umur anak, bertambah pula masalah dan cara mendekatinya. Kita tidak bisa menjadi orangtua teladan, jika kita tidak rajin menuntut ilmu. Ilmu apa? Ilmu untuk memperbaiki diri sendiri, sebelum mendidik anak menjadi lebih baik.
Saran Aa, miliki waktu khusus untuk mencari ilmu, misal untuk membaca buku, ikut seminar, kursus, dsb. Serta berusahalah untuk mengamalkannya. Sungguh, teramat sulit menjadikan anak-anak kita baik, jika kitanya belum baik.
(KH Abdullah Gymnastiar)
Sumber : Republika Online
pak bu... saya mau tanya... mau curhat... saya ningung ibu saya kadang sayang sama saya kadang dia sperti musuh sama saya... saya selalu di beri kata kata tidak pantas karena masalah kecil... padahal saya pernah menagis dan meluapkan semua isi hati saya kalo jati saya sakit... saat ibu saya berkata seperti itu... ibu saya akhirnya minta maaf... saya terima maaf nya dan saya bertingkah lebih baik setelah itu... ternyata beberapa hari kemudian ibu saya berkata kasar lagi kpd saya... saya. kadang bingung apakah saya tidak di sayang lagi.. karena adanya adik saya... karena selama belum ada adik saya... saya tidak pernah mendapatkan kata kata tidak pantas itu dari ibu saya... tolong sarannya pak bu
BalasHapus