twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me :)

Setiap saat disadari atau tidak, disengaja atau tidak, berbagai permasalahan datang dan tersimpan dalam hati. Terkadang membuat dada sesak dan kepala penat. Mungkin permasalahan yang Anda hadapi mirip atau pernah dialami rekan yang lain. Melalui blog konsultasi psikologi ini diharapkan Anda menemukan jawaban yang menjadi solusi atau pertimbangan dalam menyelesaikan permasalahan yang Anda hadapi.

Konsultasi Psikologi Update:

Tulis Topik Permasalahan Anda

Kemandirian Pribadi Usia Dewasa Muda

Permasalahan :

Saya pria dewasa, berkeluarga dengan dua anak. Usia sekarang 42 tahun dan sudah 13 tahun menikah. Sebelum menikah saya sudah mengetahui, saya seorang biseksual. Selama masa pernikahan ketertarikan saya dengan pria saya salurkan melalui panti pijat pria. Tetapi itu hanya sekedar saling masturbasi saja.

Tetapi belakangan ini saya kenal dengan seorang pria muda, belum menikah yang segala-galanya sesuai dengan yang saya inginkan. Dia berpendidikan tinggi dan juga biseksual. Kami sering ketemu dan sudah bergaul demikian jauh sehingga hati kami sekarang sudah saling bartaut.

Terus terang saya sudah timbul rasa cinta yang mendalam terhadap dia. Tetapi saya mulai berpikir apakah ini bisa dipertahankan terus, karena saya tidak mau istri dan keluarga saya tahu, demikian juga dia. Bukankah dia harus menikah dan berkeluarga (dia sudah punya calon).
Apakah hubungan ini bisa dan boleh berjalan terus, karena sebagaimana saya utarakan, di antara kami sudah timbul rasa cinta yang mendalam. Mohon saran, apa yang sebaiknya harus saya lakukan dan tidak mengorbankan salah satu pihak.

**********



Jawaban:
Sebenarnya kita semua mempunyai kecenderungan bersikap feminine dan maskulin (soal ini juga dibahas dalam teori Psikoanalisa Simund Freud). Semua agama juga menganjurkan agar mencintai semua umat ciptaan Tuhan, termasuk pria dan wanita. Jadi kalau ditinjau dari kedua pernyataan itu, seakan-akan apa yang Anda alami, akan dialami oleh kebanyakkan umat manusia.

Tetapi tidak demikian nyatanyanya karena adanya perbedaan yang cukup prinsipiil antara Anda dengan banyak orang lain, yaitu cinta kepada sesama, laki dan perempuan, tua dan muda, tidak disertai orientasi seksual atau fisik seperti yang terjadi pada Anda.
Secara psikologis mungkin pada awalnya Anda butuh interaksi dengan tokoh pria. Mungkin di masa kecil kurang memperoleh pengalaman tersebut bersama seorang tokoh panutan pria di lingkungan keluarga. Menginjak dewasa, kebutuhan psikologis itu terpenuhi namun yang kemudian berkembang menjadi suatu obsesi karena timbul kecemasan atau takut kehilangan hubungan dengan pria dan terjadilah keterikatan secara seksual/fisik. Hubungan yang tadinya berdasarkan kasih menjadi berdasarkan "lust" (nafsu).

Semua interaksi berdasarkan hasrat-hasrat yang rendah seperti nafsu, keinginan memiliki, dendam dan sebagainya, merupakan akibat rasa takut kehilangan perhatian, lalu terjadi attachment atau keterikatan, bahkan biasanya muncul sebagai suatu adiksi atau ketergantungan pada situasi keterikatan itu. Jenis interaksi ini lambat laun akan menguras tenaga psikis Anda dan secara tidak langsung memperburuk kesehatan Anda. Belum lagi pengaruhnya terhadap hubungan Anda dengan fihak lain karena energi Anda terkuras dan tidak dapat membagi lagi kasih kepada anak dan istri.

Sebaiknya Anda berusaha untuk menghilangkan adiksi ini karena Anda sudah berkeluarga. Seperti halnya semua adiksi lainnya, prinsip pengobatannya adalah berhenti secara total. Memang akan ada simtom-simtom sekunder seperti murung, bingung, sedikit cemas tetapi sadarilan, fase ini akan berlalu dan jauh lebih ringan daripada bila nanti harus menghadapi hari tua yang penuh penyesalan. Bila terlalu berat untuk melakukannya sendiri, berkonsultasilah dengan seorang konselor, psikolog, psikiater yang ahli. Mengenai sejauh mana perlu menyatakan masalh itu kepada istri, itu perlu pertimbangan arif karena menyangkut karakter istri juga. Selamat menyelesaikan dualisme ini dengan tuntas dan baik.



Pamugari Widyastuti
Sumber : Kompas Cybers Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Widget by LinkWithin